Déjà vu

Déjà vu (dari bahasa Prancis, artinya "sudah melihat;" disebut juga paramnesia, dari bahasa Yunani Ï€Î±Ï Î± para, "dekat" + μνήμη mnÄ“mÄ“, "memori") adalah pengalaman yang seseorang telah menyaksikan suatu peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Istilah ini diciptakan oleh seorang peneliti psikis Prancis, Émile Boirac (1851–1917) dalam bukunya, L'Avenir des sciences psychiques (Masa Depan Ilmu Psikis) (1907). Pengalaman déjà vu biasanya disertai dengan rasa keakraban yang meyakinkan, dan juga rasa "kengerian", "keanehan", atau "keanehan". Pengalaman "sebelumnya" paling sering dikaitkan dengan mimpi, meskipun dalam beberapa kasus ada perasaan kuat bahwa pengalaman "benar-benar terjadi" di masa lalu.

Pengalaman déjà vu tampaknya cukup umum di antara orang dewasa dan anak-anak; dalam studi formal 70 persen orang melaporkan pernah mengalaminya setidaknya sekali. Referensi pengalaman déjà vu juga ditemukan dalam literatur masa lalu, menunjukkan bahwa ini bukanlah fenomena baru. Sangat sulit untuk membangkitkan pengalaman déjà vu di lingkungan laboratorium, oleh karena itu menjadikannya sebagai subjek dari beberapa studi empiris. Baru-baru ini, para peneliti telah menemukan cara untuk menciptakan kembali sensasi ini menggunakan hipnosis. [1]

Jenis déjà vu

Menurut Arthur Funkhouser ada tiga jenis utama déjà vu, [2] yang ia identifikasi sebagai:

  1. Déjà vécu ("sudah hidup");
  2. Déjà senti ("sudah terasa");
  3. Déjà visité ("sudah dikunjungi");

Ketiga jenis déjà vu ini dijelaskan di bawah ini.

Déjà vécu

Déjà vécu mengacu pada pengalaman yang melibatkan lebih dari sekadar penglihatan, oleh karena itu pelabelannya sebagai "déjà vu" biasanya tidak akurat. Perasaan melibatkan sejumlah besar detail, merasakan bahwa semuanya sama seperti sebelumnya dan pengetahuan luar biasa tentang apa yang akan dikatakan atau terjadi selanjutnya [...]

Related Posts

Tinggalkan Balasan