Teologi negatif (juga dikenal sebagai teologi Apophatic ) adalah sebuah metode untuk mendeskripsikan Tuhan dengan negasi, di mana seseorang hanya menolak apa yang tidak boleh dikatakan tentang Tuhan. Pendekatan ini, yang sering disebut via negativa, merupakan favorit di kalangan mistikus yang sering menegaskan bahwa pengalaman ketuhanan mereka berada di luar ranah bahasa dan konsep. Tujuan Teologi Negatif adalah untuk mendapatkan pandangan sekilas tentang Tuhan (ketuhanan) dengan mengartikulasikan apa yang bukan Tuhan (apophasis) , bukan dengan menggambarkan apa itu Tuhan .
Teologi negatif ditemukan di berbagai agama dunia dan didasarkan pada dua pengandaian umum: Mengingat besarnya keilahian, diasumsikan bahwa deskripsi manusia tentang Yang Ilahi harus didasarkan pada kerendahan hati sepenuhnya; kedua, jika pikiran manusia tidak dapat sepenuhnya memahami ketidakterbatasan Tuhan, maka semua kata dan konsep mungkin gagal menggambarkan Tuhan secara memadai. Paling-paling, bahasa manusia memberikan gambaran terbatas tentang keilahian, seperti melihat puncak gunung es. Oleh karena itu, mereka yang mendukung teologi Negatif mengklaim bahwa lebih baik menghindari penegasan tentang Tuhan untuk mencegah menempatkan Tuhan dalam "kandang konsep", yang dapat membatasi pemahaman manusia tentang Tuhan dan "menjadi sejenis penyembahan berhala intelektual".
Teologi negatif dibedakan dari teologi Katafatik (Teologi Positif), yang menggambarkan Tuhan melalui penegasan sifat-sifat Ketuhanan tertentu seperti Cinta dan Belas Kasih.
Keterangan
Banyak agama mengajarkan bahwa Yang Ilahi tidak terlukiskan (pada akhirnya tak terlukiskan). Beberapa teolog, seperti Saint Anselm (Saint Anselm terkenal menulis, "Tuhan lebih besar dari apapun yang dapat kita bayangkan"), mengakui bahwa jika manusia tidak dapat menggambarkan esensi Tuhan, maka semua deskripsi tentang Tuhan pada akhirnya akan terbatas dan konseptualisasi harus dibatasi. dihindari. Biasanya, para teolog membuat pernyataan positif tentang sifat Tuhan seperti mengatakan bahwa Tuhan itu mahatahu, mahakuasa, maha pengasih, maha baik, dan sebagainya. Namun, dalam melakukannya, muncul beberapa masalah teodise dan logika [...]